
KalselBabusalam.com – Kekayaan kuliner Nusantara kembali dihadirkan dalam sebuah festival yang unik dan menggugah selera. Tahun ini, Festival Sambal Tradisional Kerajaan Bali kembali digelar, mengajak para pecinta pedas untuk menjelajahi cita rasa warisan leluhur. Bertajuk Bali Royal Chili Festival 2025, acara ini menyuguhkan lebih dari 70 jenis sambal istimewa dari berbagai kerajaan di Bali. Pembukaan festival yang meriah ini berlangsung di Restoran Uma, Taman Safari Bali, Gianyar, pada Kamis, 28 Agustus 2025, dan akan memanjakan lidah pengunjung hingga 7 September mendatang.
Lebih dari 70 varian sambal diperkenalkan kepada para pengunjung yang hadir, masing-masing menawarkan pengalaman rasa yang berbeda. Ragam sambal ini merupakan hasil kreasi dari sembilan puri, atau kediaman keluarga kerajaan, yang tersebar di seluruh penjuru Bali. Puri-puri tersebut antara lain Puri Agung Banyuning Bongkasa, Puri Agung Kerambitan, Puri Agung Klungkung, Puri Kaliungu Kaja (Denpasar), Puri Ageng Marga (Tabanan), Puri Agung Karangasem, Puri Agung Jrokuta (Denpasar), dan Puri Agung Perean (Tabanan).
Para tamu undangan berkesempatan untuk mencicipi langsung kelezatan sambal-sambal tersebut. Untuk melengkapi pengalaman kuliner, sambal disajikan bersama dengan tempe dan tahu, menciptakan harmoni rasa yang sempurna.
Sambal dan Masyarakat Bali
Budayawan sekaligus pakar sambal tradisional Bali, I Gusti Nyoman Darta, menjelaskan bahwa keberadaan puluhan jenis sambal di Pulau Dewata ini sangat erat kaitannya dengan kebiasaan dan budaya masyarakat setempat. Pria berusia 75 tahun ini mengungkapkan bahwa sambal telah menjadi hidangan wajib yang selalu hadir di meja makan masyarakat Bali.
“Kalau kita mandi tanpa sabun, seolah-olah tidak merasa bersih. Nah, kalau kita makan nasi tanpa sambal, rasanya tidak seperti makan,” kata Darta dilansir dari sumber berita usai acara pembukaan, menggambarkan betapa pentingnya sambal dalam kuliner Bali.
Peran kerajaan-kerajaan di Bali juga tak bisa dipisahkan dari perkembangan dan keberagaman sambal. Darta menuturkan bahwa para raja Bali memiliki kegemaran untuk bereksplorasi dengan berbagai cita rasa sambal. “Kadang-kadang raja jenuh dengan sambal yang itu-itu saja,” ujar tokoh puri Ubud tersebut.
Oleh karena itu, para ahli kuliner pada masa lampau terus berinovasi untuk menciptakan resep-resep sambal yang unik dan bervariasi. Biasanya, sambal-sambal baru ini diciptakan sesuai dengan permintaan raja, mencerminkan selera dan preferensi penguasa pada saat itu.
Sambal sebagai Obat
Lebih dari sekadar pelengkap hidangan, Darta menjelaskan bahwa sambal juga memiliki manfaat bagi kesehatan. Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan sambal memiliki nilai gizi yang sebanding dengan sumber makanan hewani dan nabati lainnya. “Bawang, cabai, kencur, bawang putih, dan kunyit, itu semua adalah obat sebenarnya. Bukan hanya untuk cita rasa saja, tetapi juga untuk kesehatan,” tuturnya.
Sama halnya dengan masyarakat Jawa, masyarakat Bali juga sering mengonsumsi sambal sebagai bagian dari pengobatan tradisional. Setiap varian sambal memiliki khasiat tersendiri untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, mulai dari flu, sakit kepala, demam, hingga meningkatkan vitalitas pria dewasa. “Manfaat ini sudah terbukti sejak zaman raja-raja,” ucapnya.
Cita Rasa yang Beragam
Keunikan sambal Bali juga terletak pada teknik pembuatannya yang beragam. Ada sambal mentah yang tidak melalui proses memasak sama sekali, sambal goreng yang digoreng dengan minyak, hingga sambal kukus yang dimatangkan dengan cara dikukus. Perbedaan metode pembuatan inilah yang menghasilkan aneka macam sambal tradisional Bali yang diolah secara turun-temurun oleh keluarga kerajaan di puri-puri Bali.
Setiap puri memiliki ciri khas dan cita rasa sambal yang berbeda, tergantung pada selera para raja dan keluarga yang membuatnya. “Rasanya ada yang manis, ada yang pahit. Semua bahan sambal Bali itu hampir sama, tetapi cita rasa di setiap puri berbeda,” kata Darta.
Teknik Pembuatan Sambal Bali
Dari sekian banyak jenis sambal khas Bali, sebagian besar di antaranya adalah sambal iris. Darta menjelaskan bahwa masyarakat Bali menyebut sambal iris dengan istilah sambal rajang. Berbeda dengan sambal ulek, bahan-bahan sambal rajang hanya dipotong-potong kecil, kemudian dicampur dengan bumbu lainnya. Sambal rajang ini biasanya disantap bersamaan dengan lauk kering, seperti sate lilit, ayam betutu, dan ikan gerang (teri).
Selain diiris, Darta menambahkan bahwa beberapa jenis sambal Bali lainnya menggunakan teknik penghalusan bahan baku, yang dikenal dengan istilah diinjuk. Dengan demikian, kekayaan kuliner Bali, khususnya sambal, terus lestari dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Pulau Dewata. Anda dapat membaca artikel menarik lainnya di KalselBabusalam.com.
Pilihan editor: Taman Safari Gelar Festival Sambal Warisan Kerajaan Bali









